natural blog irmayanti
Jumat, 29 November 2013
Rabu, 30 Oktober 2013
TUGAS
Mk :
Imunologi
Dosen :
Asriana Sultan, S.Farm., Apt
Nama :
Irmayant
Stambuk :
G 701 13 159
Tgl :
18 Oktober 2013
1.
Mekanisme
interaksi antigen- antibodi
Mekanisme
· Masuknya
antigen
Dalam lingkungan
sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke
dalam tubuh. Substansi kecil
tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita.
Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan
istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non
spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan
berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
· Keterkaitan
antigen dengan pembentukan antibodi
Antigen yang masuk ke
dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut
menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma
kemudian akan membentuk antibody yang mampu berikatan dengan antigen yang
merangsang pembentukan antibody itu sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop,
sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.
· Interaksi
antigen dan antibodi
Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi
adalah:
Antigen/hapten
masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara, injeksi,atau kontak langsung
Antigen
berikatan dengan antibody
Histamine
keluar dari sel mast dan basofil
Timbul manifestasi alergi
·
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi
tingkat primer, sekunder, dan tersier.
Primer
Interaksi
tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody
pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
Sekunder
Interaksi
tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
ü Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen
menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin
bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
ü Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah
yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan.
ü Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga
tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
ü Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan antigen mampu mengikat
reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang
mengandung antigen tersebut.
ü Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan sel
pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer
cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody
sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
Tersier
Interaksi
tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
2.
Tempat
pembentukan dan fungsi imunoglobulin (Lg) yaitu Lg G, Lg, D, Lg M, Lg E, Lg A.
Antibodi adalah immunoglobulin
yang bereaksi secara spesifik dengan antigen yang merangsang produksinya. Antibodi
(immunoglobulin) dibentuk oleh limfosit B.
Pembentukan antibodi
(imonoglobulin) terbagi dua:
· Antibodi
terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi tersebut
diwariskan dari ibu ke janinnya melalui inntraplasenta. Antibody yang
dihasilkan pada bayi yang baru lahir titier masih sangat rendah, dan nanti
antibody tersebut berkembang seiring perkembangan seseorang.
· Pembentukan
antibody karena keterpaparan dengan antigen yang menghasilkan reaksi imunitas,
dimana prosesnya adalah:
Misalnya
bakteri salmonella. Saat antigen (bakteri salmonella) masuk ke dalam tubuh,
maka tubuh akan meresponnya karena itu dianggab sebagai benda asing. karena
bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak sanggup untuk di hancurkan
dalam makrofag karena bakteri ini juga memproduksi toksinsebagai pertahanan
tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC yang berfungsi
mempresentasikan antigen terhadap limfosit.agar respon imun berlangsung dengan
baik.Ada dua limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T.
IgG (Imunoglobulin G): IgG merupakan antibodi yang paling umum.
Dihasilkan hanya dalam waktu beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar
antara beberapa minggu sampai beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan
banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan usus. Mereka mengikuti
aliran darah, langsung menuju musuh dan menghambatnya begitu terdeteksi. Mereka
mempunyai efek kuat anti-bakteri dan penghancur antigen. Mereka melindungi
tubuh terhadap bakteri dan virus, serta menetralkan asam yang terkandung dalam
racun. Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan
bakteri serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena
kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta
ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi.
Jika antibodi tidak
diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke dalam
plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba. Hal
ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu
akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.
IgD (Imuno globulin
D): IgD juga
terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka tidak
mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen. LgD kemungkinan
berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai
diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B memori.
IgM (Imuno globulin M): Antibodi ini terdapat pada darah, getah
bening, dan pada permukaan sel B. Pada saat organisme tubuh manusia bertemu
dengan antigen, IgM merupakan antibodi pertama yang dihasilkan tubuh untuk
melawan musuh. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini secara
diagnostic bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya
infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari
lima monomer yang tersusun dalam struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai
reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam
tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi
dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap
tinggal dalam darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada
bakterimia. Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur kehamilan enam
bulan. Jika musuh menyerang janin, jika janin terinfeksi kuman penyakit,
produksi IgM janin akan meningkat. Untuk mengetahui apakah janin telah
terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
IgE (Imuno globulin E): IgE merupakan antibodi yang beredar dalam
aliran darah. Antibodi ini bertanggung jawab untuk memanggil para prajurit
tempur dan sel darah lainnya untuk berperang. IgE berukuran sedikit lebih besar
dibandingkan dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total
antibodi dalam darah. Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada
tubuh. Karena itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami
alergi.
IgA (Imuno globulin A): Antibodi ini terdapat pada daerah peka
tempat tubuh melawan antigen seperti air mata, air liur, ASI, darah,
kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan sekresi usus. Kepekaan daerah
tersebut berhubungan langsung dengan kecenderungan bakteri dan virus yang lebih
menyukai media lembap seperti itu. Secara
struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang paling
mungkin dimasuki mikroba. Mereka menjaga daerah itu dalam pengawasannya
layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam
kandungan. Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi,
melainkan tetap melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan
pertolongan ibunya, karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru lahir.
Selama periode ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem
pencernaan bayi terhadap mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan
hilang setelah mereka melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur
beberapa minggu. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan
bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabung dengan antigen pada
mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel
mukosa.
3.
Mekanisme
maturasi sel limfosit T
Perkembangan T cell precursor
dimulai di dalam sumsum tulang. T cell precursor bermigrasi ke dalam organ
Thymus dan proses maturasi terjadi. Di dalam Thymus bagian subkapsular, T cell
precursor menjadi timosit imature dan terjadi diferensiasi dan proliferasi dengan
proses pembentukan gen TCR (T cell Receptor), CD8+ dan CD4+ dan diekpresikan
(Double Positif Tymocyte), sebagian besar timosit imature mati dan sisanya
terus berdeferensiasi. Pada daerah cortex di sel-sel epitel ( Thymic Epithelial
cell) terjadi proses seleksi positif. Seleksi positif terjadi dengan cara
reseptor tersebut mengenali MHC yang dipresentasikan oleh APC. Apabila MHC
class I dikenali oleh CD8+ dan MHC class II dikenali oleh CD4+ kemudian
menempel pada TCR maka timosit imature tetap hidup bila tidak mengenali APC
tersebut maka akan mati atau mengalami apaptosis kemudian difagosit oleh
makrofag Selanjutnya dilakukan seleksi negative, yaitu, timosite imature diuji
dengan self antigen atau antigen tubuh sendiri. Bila mengenali atau pengenalan
self reactive cell maka timosit imature akan mati. Timosite mature/naïve
melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati
organ limfoid perifer.
4. Mekanisme aktivasi sel limfosit T
·
Sel limfosit T biasanya tidak bereaksi dengan antigen
utuh. Sel T baru bereaksi terhadap antigen yang sudah diproses menjadi peptida
kecil yang kemudian berikatan dengan molekul MHC di dalam fagosom sitoplasma
dan kemudian diekspresikan ke permukaan sel. Sel limfosit T hanya dapat
mengenal antigen dalam konteks molekul MHC diri. Molekul CD4 dan CD8 merupakan
molekul yang menentukan terjadinya interaksi antara CD3/TCR dengan kompleks
MHC/antigen. Sel T CD4 akan mengenal antigen dalam konteks molekul MHC kelas
II, sedang sel T CD8 akan mengenal antigen dalam konteks molekul MHC kelas I.
·
Untuk dapat mengaktifkan sel T dengan efektif, perlu
adanya adhesi antara sel T dengan sel APC atau sel sasaran (target). Adhesi
ini, selain melalui kompleks CD4/CD8-TCR-CD3 dengan MHC kelas II/kelas I-ag,
dapat juga ditingkatkan melalui ikatan reseptor-ligan lainnya. Reseptor-ligan
tersebut antara lain, CD28-B7, LFA-I-ICAM1/2 (molekul asosiasi fungsi limfosit
1 = lymphocyte function associated 1, molekul adhesi interselular l = inter
cellular adhesion molecule 1), CD2-LFA3, CD5-CD72
·
Terjadinya ikatan antara antigen dan TCR dinamakan
tahapan primer. Aktivasi sel T juga memerlukan adanya stimulasi sitokin,
seperti interleukin 1 (IL-1) yang dikeluarkan oleh sel APC yang dinamakan
ko-stimulator. Sinyal adanya ikatan TCR dengan antigen akan ditransduksi
melalui bagian TCR dan CD3 yang ada di dalam sitoplasma (lihat Gambar 10-3).
Sinyal ini akan mengaktifkan enzim dan mengakibatkan naiknya Ca++ bebas
intraselular, naiknya konsentrasi c-GMP dan terbentuknya protein yang
dibutuhkan untuk transformasi menjadi blast. Terjadilah perubahan morfologis
dan biokimia. Tahapan ini dinamakan tahapan sekunder. Kemudian terjadilah
diferensiasi menjadi sel efektor/sel regulator dan sel memori. Sebagai akibat
transduksi sinyal, juga terjadi ekspresi gen limfokin dan terbentuklah berbagai
macam limfokin. Melalui pembentukan limfokin, sel regulator akan meregulasi dan
mengaktifkan sel yang berperan dalam eliminasi antigen, sedangkan sel efektor
akan melisis antigen/sel sasaran atau menimbulkan peradangan pada tempat
antigen berada, agar antigen tereliminasi. Tahapan ini dinamakan tahapan
tersier. Tahapan ini dapat dipakai untuk menilai fungsi sel T.
5.
Mekanisme
maturasi sel limfosit B
Prekursor sel B berkembang menjadi
sel B immature di dalam sumsum tulang kemudian terjadi proliferasi dan
deferensiasi yang ditandai dengan pembentukan BCR atau BCR somatic gen
rearrangement, yaitu pembentukan reseptor yang dipresentasikan pada permukaan membrane.
Setelah terbentuk IgM dalam tahap immature dalam sumsum tulang, sel B immature
bermigrasi ke limpa atau disebut dengan sel B transisional, kemudian mengalami
deferensiasi menjadi limfosit B mature. Pengembangan sel B terjadi melalui
beberapa tahapan, setiap tahap mewakili perubahan genom pada lokus antibodi.
Antibodi ini terdiri dari dua rantai identik Light (L)atau light chain dan dua
rantai identik heavy (H) atau heavy chain, dan gen-gen ditemukan di daerah 'V'
(Variable) dan daerah 'C' (Constant) . Dalam heavy chain, daerah 'V' memiliki
tiga segmen; V, D dan J, yang dikombinasikan secara acak, dalam proses yang
disebut rekombinasi VDJ, untuk menghasilkan sebuah variabel unik imunoglobulin
domain di masing-masing sel B.
Sebagian besar sel B immature mati serta sisanya terus berdeferensiasi Setelah itu terjadi seleksi negative yaitu bila reseptor mengenali self antigen atau self reactive cell maka sel B immatur akan mati, bila tidak mengenali, maka akan tetap hidup. Sel B mature/naïve melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ limfoid perifer. Seleksi positif bila sel B mampu masuk ke organ sekunder tersebut. Ketika sel B mengalami kegagalan dalam setiap langkah dari proses maturasi, sel B akan mati melalui mekanisme apoptosis, dalam hal ini disebut clonal deletion. Jika telah mengenali self-Antigen selama proses maturasi, sel B akan mengalami apoptosis ( seleksi negatif). Setelah teraktivasi, sel B akan terbentuk menjadi sel B memori sebagai bagian dari sistem imun adaptif.
Sebagian besar sel B immature mati serta sisanya terus berdeferensiasi Setelah itu terjadi seleksi negative yaitu bila reseptor mengenali self antigen atau self reactive cell maka sel B immatur akan mati, bila tidak mengenali, maka akan tetap hidup. Sel B mature/naïve melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ limfoid perifer. Seleksi positif bila sel B mampu masuk ke organ sekunder tersebut. Ketika sel B mengalami kegagalan dalam setiap langkah dari proses maturasi, sel B akan mati melalui mekanisme apoptosis, dalam hal ini disebut clonal deletion. Jika telah mengenali self-Antigen selama proses maturasi, sel B akan mengalami apoptosis ( seleksi negatif). Setelah teraktivasi, sel B akan terbentuk menjadi sel B memori sebagai bagian dari sistem imun adaptif.
6.
Mekanisme
aktivasi sel limfosit B
·
Bila sel limfosit B matur distimulasi antigen
ligannya, maka sel B akan berdiferensiasi menjadi aktif dan berproliferasi.
Ikatan antara antigen dan imunoglobulin pada permukaan sel B, akan
mengakibatkan terjadinya ikatan silang antara imunoglobulin permukaan sel B.
Ikatan silang ini mengakibatkan aktivasi enzim kinase dan peningkatan ion Ca++
dalam sitoplasma. Terjadilah fosforilase protein yang meregulasi transkripsi
gen antara lain protoonkogen (proto oncogene) yang produknya meregulasi
pertumbuhan dan diferensiasi sel. Aktivasi mitosis ini dapat terjadi dengan
atau tanpa bantuan sel T, tergantung pada sifat antigen yang merangsangnya.
Proliferasi akan mengakibatkan ekspansi klon diferensiasi dan selanjutnya
sekresi antibodi. Fungsi fisiologis antibodi adalah untuk menetralkan dan
mengeliminasi antigen yang menginduksi pembentukannya.
·
Dikenal 2 macam antigen yang dapat menstimulasi sel B,
yaitu antigen yang tidak tergantung pada sel T (TI = T cell independent) dan
antigen yang tergantung pada sel T (TD = T cell dependent). Antigen TI dapat
merangsang sel B untuk berproliferasi dan mensekresi imunoglobulin tanpa
bantuan sel T penolong (Th = T helper). Contohnya adalah antigen dengan susunan
molekul karbohidrat, atau antigen yang mengekspresikan determinan antigen
(epitop) identik yang multipel, sehingga dapat mengadakan ikatan silang antara
imunoglobulin yang ada pada permukaan sel B. Ikatan silang ini mengakibatkan
terjadinya aktivasi sel B, proliferasi, dan diferensiasi. Polisakarida
pneumokok, polimer D-asam amino dan polivinil pirolidin mempunyai epitop
identik yang multipel, sehingga dapat mengaktifkan sel B tanpa bantuan sel T.
Demikian pula lipopolisakarida (LPS), yaitu komponen dinding sel beberapa
bakteri Gram negatif dapat pula mengaktifkan sel B. Tetapi LPS pada konsentrasi
tinggi dapat merupakan aktivator sel B yang bersifat poliklonal. Hal ini
diperkirakan karena LPS tidak mengaktifkan sel B melalui reseptor antigen,
tetapi melalui reseptor mitogen.
·
Antigen TD merupakan antigen protein yang membutuhkan
bantuan sel Th melalui limfokin yang dihasilkannya, agar dapat merangsang sel B
untuk berproliferasi dan berdiferensiasi.
·
Terdapat dua
macam respons antibodi, yaitu respons antibodi primer dan sekunder. Respons
antibodi primer adalah respons sel B terhadap pajanan antigen ligannya yang
pertama kali, sedangkan respons antibodi sekunder adalah respons sel B pada
pajanan berikutnya, jadi merupakan respons sel B memori. Kedua macam respons
antibodi ini berbeda baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Perbedaan tersebut adalah pada respons antibodi sekunder terbentuknya antibodi
lebih cepat dan jumlahnya pun lebih banyak.
·
Pada respons antibodi primer, kelas imunoglobulin yang
disekresi terutama adalah IgM, karena sel B istirahat hanya memperlihatkan IgM
dan IgD pada permukaannya (IgD jarang disekresi). Sedangkan pada respons antibodi
sekunder, antibodi yang disekresi terutama adalah isotip lainnya seperti IgG,
IgA, dan IgE sebagai hasil alih isotip. Afinitas antibodi yang dibentuk pada
respons antibodi sekunder lebih tinggi dibanding dengan respons antibodi
primer, dan dinamakan maturasi afinitas.
·
Respons sel B memori adalah khusus oleh stimulasi
antigen TD, sedangkan stimulasi oleh antigen TI pada umumnya tidak
memperlihatkan respons sel B memori dan imunoglobulin yang dibentuk umumnya
adalah IgM. Hal ini menandakan bahwa respons antibodi sekunder memerlukan
pengaruh sel Th atau limfokin yang disekresikannya.
7.
Mekanisme
pengaturan fungsi komplemen
Komplemen merupakan sekumpulan molekul protein dan
interaksinya yang terjadi secara berantai, mengakibatkan efek bilogis pada
membran, pada sifat sel dan interaksi protein lain. Sedikitnya ada 11 jenis
protein komplemen yang ada dalam plasma normal, masing-masing ada dalam keadaan
inaktif tetapi bila komplemen diaktivasi, setiap jenis komplemen mempunyai
fungsi spesifik. Akivasi dapat dimulai dengan reaksi antigen dengan IgG atau
IgM atau bila ada kontak dengan IgA yang menggumpal, selain itu aktivasi dapat
pula dimulai oleh kontak dengan polisakarida atau lipopolisakarida, oleh produk
yang terjadi akibat aktivasi sistem pembekuan atau kalikrein.
Komplemen dinyatakan dengan nomor dan huruf. Proses
aktivasi tidak berlangsung berurutan sesuai dengan urutan nomor komplemen.
Disepakati bahwa urutan interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2, C3,
kemudian C5 sampai C9. Aktivasi komplemen dapat merupakan proses pemecahan
molekul-molekul secara enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses
penyesuaian tanpa pemecahan. Pada beberapa tahap dari proses ini diperlukan ion
kalsium dan magnesium. Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan
pecahnya membran dan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki lagi. Aktivasi
lengkap terjadi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : C2 melepaskan suatu
peptida dengan berat molekul kecil dan aktivitas kinin, hasil aktivasi C3 dan
C5 merangsang mastosit, otot halus dan leukosit sehingga terjadi efek
anafilaktik, unsur lain dari C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan
menyebabkan sel lebih mudah di fagositosis, proses ini disebut opsonisasi,
fragmen C3 dan C4 menyebabkan proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi
komplemen melekat pada permukaan sel yang memiliki reseptor untuk komplemen, C3
dan C4 aktif dapat pula menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4
merangsang aktivitas kemotaktik neutrofil sehingga neutrofil bergerak menghampiri
fragmen protein yang bersangkutan. Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas
prokoagulan trombosit dan sebaliknya aktivitas prokoagulan faktor XII dapat
mencetuskan aktivasi C1. Plasmin dan trombin bersifat proteolitikdan dapat
memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.
8.
Fungsi
biologis protein- protein komplemen
FUNGSI BIOLOGIK PROTEIN KOMPLEMEN
Fungsi sistem komplemen pada pertahanan tubuh dapat dibagi
dalam dua golongan besar: 1) lisis sel sasaran oleh kompleks serangan membran,
dan 2) sifat biologik aktif fragmen yang terbentuk selama aktivasi.
1)
Sitolisis Pada aktivasi sitolisis ini (kompleks
serangan membran) yang berfungsi adalah C5-C9. Mekanisme ini sangat penting
bagi pertahanan tubuh melawan mikrooorganisme. Proses lisis ini dapat melalui
jalur alternatif maupun jalur klasik
2)
Sifat biologik aktif
ü Opsonisasi
dan peningkatan fungsi fagositosis
Fagositosis yang diperkuat oleh proses opsonisasi C3b
dan iC3b mungkin merupakan mekanisme pertahanan utama terhadap infeksi bakteri
dan jamur secara sistemik Fagositosis ini juga lebih meningkat bilamana bakteri
disamping berikatan dengan komplemen juga berikatan dengan antibodi IgG atau
IgM. Melekatnya antibodi dan fragmen komplemen pada reseptor spesifik yang
terdapat pada sel fagosit tidak hanya menyebabkan opsonisasi, tetapi juga
memacu untuk terjadinya fagositosis.
ü Anafilaksis
dan kemotaksis
C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast
dan sel basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan
permeabilitas dan kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat
pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a
terdapat pada permukaan sel mast, basofil, netrofil, monosit, makrofag, dan sel
endotelium.
Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos
menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang
paling poten dan C4a adalah yang paling lemah.
C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a
dan C4a; oleh karena C5a juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan
sel-sel fagosit maka C5a dapat menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke
tempat mikroorganisme, benda asing atau jaringan yang rusak; proses ini disebut
kemotaksis. Juga setelah melekat C5a dapat merangsang metabolisme oksidatif
dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan daya untuk memusnahkan
mikroorganisme atau benda asing tersebut
ü Proses
peradangan
Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas
mengakibatkan terkumpulnya sel-sel dan serum protein yang diperlukan untuk
terjadinya proses dalam rangka memusnahkan mikroorganisme atau benda asing
tersebut; proses ini disebut peradangan.
ü Pelarutan
dan eliminasi kompleks imun
Kompleks imun dalam jumlah kecil selalu terbentuk
dalam sirkulasi, dan dapat meningkat secara dramatis bilamana terdapat
peningkatan antigen. Kompleks imun ini bilamana berlebihan dapat membahayakan
oleh karena dapat mengendap pada dinding pembuluh darah, mengaktivasi komplemen
dan menimbulkan kerusakan jaringan. Pembentukan kompleks imun bilamana
berlebihan, tidak hanya membutuhkan Fab dari imunoglobulin tetapi juga
interaksi dengan Fc. Oleh karena itu pengikatan komplemen pada Fc
immunoglobulin suatu kompleks imun dapat membuat ikatan antigen-antibodi yang
sudah terbentuk menjadi lemah.
Untuk menetralkan terbentuknya kompleks imun yang
berlebihan ini, sistem komplemen dapat meningkatkan fungsi fagosit. Fungsi ini
terutama oleh reseptor yang terdapat pada permukaan eritrosit. Kompleks imun
yang beredar mengaktifkan komplemen dan mengaktifkan fragmen C3b yang menempel
pada antigen. Kompleks tersebut akan berikatan dengan reseptor pada permukaan
eritrosit. Pada waktu sirkulasi eritrosit melewati hati dan limpa, maka sel
fagosit dalam limpa dan hati (sel Kupffer) dapat membersihkan kompleks imun
yang terdapat pada permukaan sel eritrosit tersebut.
C1qrs
|
Meningkatkan permeabilitas vaskular
|
C2
|
Mengaktifkan kinin
|
C3a dan C5a
|
Kemotaksis yang mengarahkan leukosit, anafilotoksin yang merangsang sel
mast melepas histamin dan mediator lain
|
C3b
|
Opsonin dan adherens imun
|
C4a
|
Anafilotoksin lemah
|
C4b
|
Opsonin
|
C5-6-7
|
Kemotaksis
|
C8-9
|
Melepas sitolisin yang dapat menghancurkan sel (lisis)
|
Langganan:
Postingan (Atom)